Tempat yang digunakan untuk melaksanakan laku tersebut adalah panepen, penekung, sanggar pemujan, pamurcitan, pahoman, paheningan dan lain-lain. Sedangkan uraian pengetahuan disebut daiwan, dawan, tirta-amerta, tirtakamandhanu, tirtanirwala, mahosadi, kawasanan, kawaspadaan, kawicaksanaan, sastracetha, atau sastrajendrayuningrat pangriwating-diyu dan sebagainya.
Adapun kegunaan pengetahuan dan lelaku di atas, perlu digunakan sebagai sarana menyembah untuk mendapatkan kawilujengan (keselamatan disertai kesejahteraan, kedamaian, dan ketentraman), sebab dengan begitu dapat melaksanakan segala sesuatu perbuatan yang baik, ataupun sebagai sarana ketika kita memiliki keinginan mewujudkan anugerah hidup kita pribadi (Pangeran), juga meminta apapun yang lumrah bisa dilaksanakan sesuai dengan kemampuan kita melaksanakannya dengan tidak meninggalkan kehati-hatian.
Asal Mula Ilmu Hening
Adapun permulaan datangnya pengetahuan pasamaden di dunia ini, menurut tata bahasanya, banyak yang memakai bahasanya, banyak yang memakai bahasa sansekerta. Jadi dengan demikian, berarti mulanya pengetahuan pasamaden berasal dari kebijaksanaan bangsa Hindu pada zaman kuno, yang sudah tidak diketahui hitungan ribuan tahunnya. Kemungkinan saja tersebarnya pengetahuan (Kawruh) pasamaden bersamaan dengan ketika bangsa Hindu mulai membuat Candi-candi beserta arca-arcanya. Semula, pengetahuan itu hanya untuk bangsa Hindu (India) yang beragama apa saja, pasti ditentukan memakai dan menghayati pasamaden. Sebab hanya dengan pengetahuan pasamaden itulah yang menjadi permulaan pengetahuan semesta, dan juga menjadi pengajaran agama paling utama.
Lama-kelamaan, bangsa India dengan Hindunya menyebar sampai ke Tanah Jawa dan sebagainya, termasuk penyebaran agama beserta pengetahuan-pengetahuan yang lain, termasuk pengetahuan pasamaden. Kawruh pasamaden di Tanah Jawa dapat berkembang pesat, sebab orang Jawa tidak memandang derajad, sudah senang dan akrab dengan laku puruta (Pasamaden), dan dapat menerapkan pengolahan pengetahuan itu, sebab dengan kawruh itu dapat cocok dengan dasar-dasar batin dan rohani orang Jawa. Sehingga dengan mudah segera merasuk ke dalam tulang sumsum orang Jawa. Ditambah lagi bahwa kemudian banyak orang India dan Hindu yang menjadi Jawa menyebarkan ajaran agama dan pengetahuan olah rohani, serta ilmu kebijaksanaan (kawicaksanaan). Ibarat sekejapan mata, bangsa Jawa di semua pelosok memeluk agama Hindu, dan juga, dengan kawruh pasamaden dan kawicaksanan, sudah merasakan keberuntungan, kemuliaan, kebahagiaan, dan sebagainya, sebab dari buah pengetahuan lelaku hening tersebut.
Kemudian datanglah orang-orang bangsa Arab yang masuk di Pulau Jawa, yang membawa pengetahuan dan agama yang disiarkan Nabi Muhammad, yang disebut agama Islam, yang mengurangi pengaruh agama Hindu, disebabkan oleh bapaknya orang yang memeluk Islam. Hanya saja penyebaran agama Islam tidak membawa dan tidak mengandung ilmu pasamaden seperti yang disebutkan di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar