Meditasi menuju kemanunggalan

Apa yang dikemukakan dibawah ini hanyalah sebagai pondasi atau landasan dasar perjalanan menuju Allah. Jadi setelah memperoleh pengalaman spiritual dari lelaku dibawah ini, bukan berarti bahwa perjalanan spiritual sudah diperoleh sempurna. Akan tetapi paling tidak dengan perjalanan ma’’rifat dasar berikut ini akan menjadi awal yang sangat baik untuk melanjutkan lelaku dan pengalaman spiritual lanjut.

Untuk memperoleh hasil optimal, maka praktik meditasi (khalwat, I'tikaf, atau tahannuts) dilaksanakan dengan urutan-urutan sebagai berikut:


a. mandi menyucikan jasmani dan rohani
niat: Bismillahirrahmanirrahim, niyatingsun ngedusi seduluring papat, lima pancer, kanem bumi, kapitu Rasul, Allahu damalkah. Niyatingsun ngedusi badan jasmani, resik jaba suci jero. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.

b. melaksanakan meditasi yang disebut sebagai shalat ma’rifat, dengan tata cara sebagai berikut:

dimulai dengan Tafakkur atau pemusatan pemikiran dan hati. Melakukan meditasi sampai ke tubuh, hati, dan pikiran hingga mencapai gelombang alfa (hening, tenang, tenteram, dan damai)
cara melakukan tafakkur:
• mengambil napas sekuat mungkin, kemudian napas ditahan dibagian bawah perut.
• Membaca wirid dalam hati (kalbu, batin)” Allah, Allah, Allah…”, sambil melepaskan napas secara perlahan.
• Dilakukan sekitar 10x – 41x, sampai mencapai gelombang alfa.
• Boleh membaca asma’ Allah yang lain, sesuai dengan keinginan kita (QS Al A’raf/7:180), utamanya asma ul husna.

Membaca surat al fatihah
Caranya: dilakukan dengan menahan napas cukup 1-3 kali

Mengucapkan niat (afirmasi) dan permohonan do’a atau do’a iftitah.
“Rabbi arinii andzur ilaika. Ya Allah, aku berhasrat menemui dan mengenalMu, jika Engkau izinkan, tunjukkanlah wajahMu padaku, agar aku dapat menyaksikanMu (bermusyahadah)” (Al A’raf/7:143)
Dilakukan dengan menahan napas, mengucapkan niat tulus ikhlas kemudian melepaskannya secara perlahan-lahan.

Membaca shalawat satu kali, istighfar 3 kali dan membaca “hu-Allah” 3 kali.
Dilakukan dengan menahan napas, dan setelah selesai dikeluarkan perlahan-lahan.

Menutup 9 lubang (babahan nawa/hawa sanga), mati sakjeroning urip.
* membaca Allahu Akbar (1x) sambil mengankat tangan disamping kepala (takbiratul al ikram)
* meletakkan kedua ibu jari, menekan keduanya pada daun telinga yang kecil ( menutup telinga).
* meletakkan jari telunjuk, menekan pada kedua kelopak mata (dari kelopak mata atas menuju ke bawah)
* meletakkan kedua ujung jari tengah, menekan kedua lubang hidung (dari sisi samping kiri ke samping kanan hidung)
* sebelum menutup kedua lubang hidung , tarik napas secukupnya melalui mulut, kemudian ditahan semampunya di bagian bawah perut.
* meletakkan kedua jari manis menekan bibir atas, dan meletakkan kedua jar kelingking untuk menekan bibir bawah pada organ mulut kita.
* mengambil napas secukupnya melalui mulut, kemudian napas ditahan dibagian bawah perut.
* jika sudah tidah kuat menahan napas, lakukan “isbat”
* lidah diletakkan dilangit-langit bagian atas, gigi rapat, bibir rapat.
* isbat adalah menutup kedua mata dengan menggunakan kedua telapak tangan (yaitu, telapak tangan bagian dalam bawah, dan bagian atas menutup jidat.

Kembali ke posisi duduk awal dan mengatur napas, sambil berdzikir dalam hati “hu Allah” sebanyak 7 kali.

Membaca:”sahadat Allah, Allah, Allah lebur badan, dadi nyawa, lebur nyawa dadi cahya, lebur cahya dadi idhafi, lebur idhafi dadi rasa, lebur rasa dadi sirna mulih maring sajati, kari amungguh Allah kewala kang langgeng tan kena pati” (Syahadat Allah, Allah, Allah badan lebur menjadi nyawa, nyawa lebur menjadi cahaya, cahaya lebur menjadi (ruh) idhafi, (ruh) idhafi lebur menjadi rasa, rasa lebur menjadi sirna kembali kepada yang sejati, tinggallah Allah semata yang abadi tidak terkena kematian), dengan menahan napas.

Membaca”Ashadu-ananingsun, satuhune ora ana Pangeran anging Ingsun, kang badan nyawa kabeh (Ashadu-keberadaanku, la ilaha-bentuk wajahku, illallah-Tuhanku, sesungguhnya tidak ada tuhan selain Aku. Yaitu, badan dan nyawa seluruhnya), dengan menahan napas.


Jika memiliki permintaan khusus, lakukan disertai niat dan permohonan yang tulus. Setelah doa diucapkan, lepaskan napas. Doa khusus diucapkan setelah membaca: “ashadu ananingsun, anuduhake marga kang padhang, kang urip tan kenaning pati, mulya tan kawoworan, elinge tan kena lali, iya rasa iya Rasulullah, tutuga alam padhang, iya iku hakekating Rasulullah, sirna manjing sarira ening, sirna wening tunggal idhep jumeneng langgeng amisesa budine, angen-angene tansah amadhep ing Pangeran”, sambil menahan napas. (Ashadu keberadaanku, yang menunjukkan jalan yang terang, yang hidup tidak terkena kematian, yang mulia tanpa kehinaan, kesadaran yang tidak terkena lupa, itulah rasa yang tidak lain adalah Rasulullah, selesailah berada di alam terang. Itulah hakikat Rasulullah, hilang musnah ketempatan wujud yang hening, hilang keheningan menyatu tunggal menempati secara abadi memelihara budi, angan-angan selalu menghadap Tuhan)

Melanggengkan daya rohani (shalat daim) dengan dzikir “sasahidan”: juga bisa dilakukan dalam kondisi hati berwirid dengan sasahidan (syahadat Ingsun sejati)

Ingsun anakseni ing datingsun dhewe
Satuhune ora ana pangeran among ingsun
Lan nekseni satuhune Muhammad iku utusaningsun
Iya sejatine kanga ran allah iku badaningsun
Rasul iku rahsaningsun
Iya ingsun kang urip tan kena ing pati
Iya ingsun kang eling tan kena lali
Iya ingsun kang langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati
Iya ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji wiji
Iya ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kekurangan ing pangerti,
Byar:
Sampurna padhang terawangan
Ora kerasa apa-apa
Oa ana katon apa-apa
Mung ingsun kang nglimputi ing alam kabeh
Kalawan kodratingsun.

Artinya:
Aku bersaksi di hadapan Dzat-ku sendiri
Sesungguhnya tiada tuhan selain Aku
Aku bersaksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku
Sesungguhnya yang disebut Allah itu badan-Ku
Rasul itu rasa-Ku
Muhammad itu cahaya-Ku
Akulah yang hidup tidak terkena kematian
Akulah yang senantiasa ingat tanpa tersentuh lupa
Akulah yang kekal tanpa terkena perubahan di segala keadaan
Akulah yang selalu mengawasi dan tidak ada sesuatupun yang luput dari pengawasan-Ku
Akulah yang maha kuasa, yang bijaksana, tiada kekurangan dalam pengertian
Byar
Sempurna terang benderang
Tidak terasa apa-apa
Tidak kelihatan apa-apa
Hanya aku yang meliputi seluruh alam
Dengan kodrat-Ku

Untuk mengasah ketajaman mata batin, daya rohani dan menjaga ketajaman pancaindera (mengaktifkan indera “keenam”), ada baiknya setiap hari melakukan dzikir sebagai berikut:
1. indera: mata
nafsu: muthmainnah
dalil hati : la bashira illallah:
dzikir: la ilaha illallah
2. indera: telinga
nafsu : Ammarah
dalil hati : la sami’a illallah
dzikir: Allah-u
3. indera: hidung
nafsu: shuffiyah
dalil hati: la hayata illallah
dzikir: Hu Allah
4. indera: mulut
nafsu: lawwamah
dalil hati: la kalima illallah
dzikir: Allah

selesai melakukan meditasi, ritual ditutup dengan bacaan “sabda sukmo, adhep-idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembah Allah, kang murba amisesa”.

17 komentar:

TEACHERS' GUIDE - SULWANRI 'S BLOG mengatakan...

Jazakallahu khairan.Trimakasih berbagi pengetahuan.

The one mengatakan...

Qubiltu mohon izin

Wahyu mengatakan...

0

Hamboro Joko Hariyanto mengatakan...

Trmksh ilmu sejati

Sound System Om Jerry mengatakan...

kyai apaan tuch

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Rio sadewa mengatakan...

Qubiltu ,,,,Mohon ridho dan ijin ,,pangersa guru ,,mengamalkan

Unknown mengatakan...

Mntep

Unknown mengatakan...

Ngilmu rahasia

ngawuloh ae arek mengatakan...

qobiltu

Anonim mengatakan...

Terimakasih, izin mendawamkan ��

Unknown mengatakan...

Saya mlarat sejak kecil gimana caranya biar kaya dan bayak harta untuk ibadah dan shodakoh ke pakir miskin

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum........
Nun Sewu,,,nderek ngamalne...

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum.......
QOBILTU, nyuwon Pangestunipun supados diparingi pemahaman dg mudah..amiinn. 🙏🙏🙏.

Unknown mengatakan...

Susun guru Kulo nderek ngaos

Ustadz Purwadi Abdul Jabbar mengatakan...

Trimakasih byk,qobiltu ,mohon izin save

Ustadz Purwadi Abdul Jabbar mengatakan...

sekitar thn 1990-1994 sy pernah belajar ilmu ini pd seorang pertapa di gunung haruman. Prakteknya sama, hanya beda dzikirnya.